Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki enggan berkomentar soal dampak kemunculan virus Corona pada dunia UMKM dalam negeri. Teten beralasan pernyataan berkaitan Corona di tangan Menlu.
“Terkait Corona dan dunia internasional itu diserahkan Menlu. Jadi saya tidak boleh ngomong,” kata Teten saat ditanya wartawan di sela kunjungan ke PT Wisanka, Ceper, Klaten, Senin (3/2/2020) siang.
Teten mengatakan soal penjelasan Corona diserahkan Menlu. Jadi wartawan diminta meminta penjelasan ke Menlu.
” Ke Menlu, Menlu. Sudah ada koordinasi, saya tidak boleh ngomong,” lanjut Teten.
Meskipun enggan mengomentari Corona tetapi Teten menilai di tengah perang dagang Cina dan Amerika ada kesempatan baik bagi sektor furniture. Kesempatan terutama dalam meningkatkan ekspor.
” Ketika ada perang dagang Amerika dan Cina, di sektor manufaktur furniture justru ada opportunity yang sangat besar. Kita baru 1,7 juta US Dollar ekspor kita, sementara dunia ada US$ 1 ,2 triliun marketnya,” terang Teten.
Untuk itu, kata Teten, pemerintah mengajak para pelaku furniture untuk menaikkan kapasitas produksi dan ekspornya. Pemerintah sudah mengidentifikasi problemnya, terutama masalah rotan dan kayu.
” Saya kira permasalahan sudah kita identifikasi untuk meningkatkan produksi furniture dua kali lipat. Salah satunya suplai bahan baku, rotan dan jati,” tambah Teten.
Selain problem bahan baku, juga masalah pembiayaan, modernisasi peralatan dan peningkatan SDM. Dan masalah – masalah tersebut sudah di-address untuk dicarikan solusinya.
Dalam kunjungan itu, Teten dan rombongan yang didampingi Bupati Klaten, Sri Mulyani sempat berdialog dengan asosiasi mebel dan perajin UKM. Para perajin mengungkapkan berbagi persoalan, terutama peran pemerintah.
” Sejak dulu sebelum ada industri modern kami industri UKM kayu, bambu dan cor logam. Tapi selama ini belum pernah dibantu pemerintah sehingga terpaksa kita pajang di pinggir jalan,” terang perajin UKM, Yusuf Effendi.
Menurut Yusuf perajin tidak punya akses untuk ekspor dan fasilitas pameran. Padahal produknys dijual di Bali dan Yogyakarta sehingga yang didapat cuma profit di hilir tidak dari hulu
Achmad Syauqi – detikFinance